Setiap perusahaan pasti mempunyai workplace culture atau budaya kerja yang berbeda-beda. Adanya budaya kerja ini bertujuan untuk membuat karyawan menjadi lebih produktif, mencapai hasil kerja yang maksimal, hingga mempererat hubungan profesional antara karyawan dengan perusahaan. Bahkan, saat ini banyak kandidat sebelum melamar pekerjaan, mereka memastikan perusahaan yang dipilihnya menerapkan budaya kerja yang positif. Lalu, bagaimana cara membangun workplace culture yang baik itu? Yuk, cari tahu selengkapnya di bawah ini!
Apa itu budaya kerja?
Work culture, workplace culture atau Budaya kerja adalah kumpulan sikap, keyakinan, dan perilaku yang membentuk suasana teratur dalam suatu lingkungan kerja. Budaya tempat kerja yang sehat menyelaraskan perilaku karyawan dan kebijakan perusahaan dengan tujuan perusahaan secara keseluruhan, sekaligus mempertimbangkan kesejahteraan individu.
Budaya kerja menentukan seberapa baik seseorang menyesuaikan diri dengan lingkungan mereka di pekerjaan baru dan kemampuan mereka untuk membangun hubungan profesional dengan rekan kerja. Sikap anda, work-life balance, peluang bertumbuh, dan kepuasan kerja semuanya bergantung pada budaya tempat kerja anda.
Apa yang mempengaruhi budaya kerja?
Budaya kerja berkembang berdasarkan perilaku orang-orang di dalam perusahaan, dari manajemen hingga karyawan tingkat pemula. Perusahaan menetapkan nada untuk budaya perusahaan melalui kebijakan, manfaat, dan misi mereka.
Manajer membentuk budaya perusahaan dari praktik perekrutan mereka, di mana mereka dapat memilih pelamar yang visi pribadinya selaras dengan budaya kerja yang sehat. Lingkungan tempat kerja juga mempengaruhi budaya, dengan banyak kantor memilih denah lantai terbuka, pencahayaan alami, dan penyertaan fasilitas seperti gym di kantor dan fasilitas ruang istirahat.
Budaya kerja terbentuk dan berkembang secara alami dari waktu ke waktu sebagai hasil dari interaksi pekerja sebelumnya. Maksudnya, budaya kerja tidak tercipta begitu saja, namun hal tersebut ada karena perusahaan telah melalui berbagai masalah dan belajar untuk mengatasinya.
Nah, pengalaman tersebutlah yang dijadikan pembelajaran bagi perusahaan dan diterapkan kepada karyawan agar dapat menyelesaikan masalah serupa. Mulai dari cara mengidentifikasi masalah, menganalisis, hingga pengambilan keputusan. Meskipun suatu perusahaan sudah berdiri bertahun-tahun, namun workplace culture mereka tidak akan berubah dan tetap menjaga prinsip budaya organisasi berupa kejujuran dalam bekerja.
Dilansir dari StaffAny, workplace culture juga dapat diartikan sebagai pedoman bagi karyawan dan para pemimpin dalam berperilaku maupun bertindak di lingkungan kerja. Budaya kerja ini bisa berupa suasana kerja, gaya kepemimpinan, value atau nilai, etika, harapan, dan tujuan perusahaan tersebut.
Unsur budaya kerja yang sehat
Budaya adalah konsep kompleks yang terus berkembang di tempat kerja berdasarkan banyak unsur. Sementara beberapa orang mungkin menghargai budaya kerja yang lebih tradisional dan yang lain menginginkan sesuatu yang lebih modern dan menyenangkan, semua budaya kerja yang sehat memiliki banyak kesamaan. Carilah tanda-tanda budaya kerja yang baik ini saat mempertimbangkan calon pemberi kerja.
Jika Anda belum mempunyai gambaran seperti apa perusahaan yang mempunyai budaya kerja positif itu, Anda bisa melihat ciri-ciri perusahaannya berikut ini:
Akuntabilitas
Ketika setiap orang yang bekerja di suatu perusahaan bertanggung jawab atas perilakunya, itu menunjukkan lingkungan kerja yang sehat. Tempat kerja yang seimbang memungkinkan orang merasa cukup nyaman untuk menghargai ide dan kesalahan mereka.
Akuntabilitas terbuka memungkinkan setiap karyawan untuk belajar dari tantangan daripada menghindarinya. Akuntabilitas menumbuhkan budaya kerja berdasarkan kerja tim, komunikasi terbuka, dapat dipercaya dan tanggung jawab.
Ekuitas
Perusahaan yang memperlakukan semua karyawannya sama seringkali memiliki budaya kerja yang sehat. Setiap posisi dalam sebuah perusahaan memiliki nilai, dan memberikan kesempatan kepada setiap orang akan meningkatkan semangat kerja karyawan. Favoritisme di tempat kerja adalah tanda budaya kerja yang beracun dan dapat menyebabkan perasaan tidak percaya dan kebencian di antara rekan kerja, membuat lingkungan tempat kerja yang adil penting untuk budaya kerja yang positif.
Ekspresi
Orang umumnya lebih bahagia, lebih produktif, dan lebih fokus ketika mereka merasa mampu mengekspresikan diri di tempat kerja. Jika karyawan memiliki kebebasan dalam gaya pribadi mereka dan bagaimana mereka mendekorasi ruang kerja mereka, itu menunjukkan tingkat kenyamanan dalam budaya kerja mereka.
Komunikasi
Komunikasi terbuka sangat penting untuk lingkungan tempat kerja yang produktif. Setiap orang dalam suatu perusahaan harus memahami bagaimana memberi dan menerima feedback, berbagi ide, berkolaborasi, dan memecahkan masalah.
Semua tim terkadang memiliki konflik antarpribadi, tetapi budaya kerja yang fungsional akan memungkinkan mereka untuk menyelesaikan masalah dan bekerja sebagai tim meskipun ada tantangan. Hindari perusahaan dengan budaya kerja di mana orang merasa tidak dapat berbicara tentang konflik atau kekhawatiran, karena tidak akan ada banyak ruang untuk berkembang.
Baca juga artikel: 10 Cara Tingkatkan Produktivitas kerja Ala Benjamin Franklin
Pengakuan
Budaya kerja yang berkembang mengakui keberhasilan karyawan dan memberi penghargaan kepada orang-orang ketika mereka melakukannya dengan baik. Manajemen di lingkungan tempat kerja yang sehat akan mencari atribut positif dari setiap orang dalam tim dan mendorong penggunaan bakat mereka. Pengakuan karyawan mulai dari pujian verbal yang teratur hingga gaji yang kompetitif dapat membangun budaya kerja yang menghargai dan saling menghormati.
Lingkungan kerja produktif
Salah satu ciri perusahaan yang mempunyai budaya kerja yang positif yaitu lingkungan kerjanya produktif. Seluruh pekerja di dalamnya merasa senang dan menikmati pekerjaan yang dilakukannya.
Suasana kerja yang menyenangkan
Banyak pekerja yang merasa stres dalam bekerja karena suasana kantor yang tidak kondusif dan cenderung kaku. Nah, perusahaan dengan budaya kerja positif biasanya membebaskan karyawan untuk sesekali berinteraksi dan bercanda tawa dengan rekan kerjanya saat bekerja. Budaya kerja seperti ini akan membuat karyawan menjadi lebih rileks, minim stres, dan nyaman untuk bekerja.
Komunikasi yang terbuka dan apa adanya
Selain suasana kerja, komunikasi yang terbuka dan jujur atau apa adanya juga menjadi salah satu ciri perusahaan dengan budaya kerja positif. Bayangkan jika karyawan bisa berkomunikasi secara jujur, terbuka terhadap pendapat dan feedback dari orang lain, serta saling bekerja sama dalam menyelesaikan masalah, tentu akan menciptakan budaya kerja yang positif.
Ada reward dan motivasi
Tentu merupakan hal yang menyenangkan bagi para karyawan ketika telah berhasil mencapai target dan atasan memberikan penghargaan untuknya. Misalnya berupa bonus, promosi jabatan, sertifikat, dan lain sebagainya. Dengan begitu, karyawan akan merasa dihargai dan lebih termotivasi untuk berkontribusi kepada perusahaan.
Kerja sama yang baik
Setiap karyawan pasti akan mendapatkan tugas yang mengharuskan untuk bekerja sama dengan karyawan lain. Budaya kerja yang baik akan mendorong para karyawan untuk saling bekerja sama dengan baik dan berkompetisi secara sehat. Dengan demikian, hasil kerja yang diperoleh pun menjadi lebih maksimal dan berdampak positif terhadap perkembangan perusahaan.
Pentingnya budaya kerja yang positif
Orang membutuhkan lingkungan yang sehat untuk berkembang, dan ini terutama berlaku di tempat kerja. Sikap dan perilaku yang berinteraksi dengan anda setiap hari berdampak pada perasaan anda baik di tempat kerja maupun di rumah. Budaya kerja yang berkembang mempengaruhi semua aspek bisnis dan orang-orang di dalamnya.
Pilihan rekrutmen yang lebih baik
Manajer di perusahaan dengan budaya kerja yang sukses tahu cara menarik dan memilih karyawan baru yang memiliki visi yang sama. anda kemungkinan besar akan tertarik pada perusahaan yang memiliki nilai yang sama dengan anda dan jenis budaya yang anda rasa nyaman. Budaya kerja yang sehat memiliki para profesional yang berpikiran sama yang kompatibel satu sama lain dan bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama.
kebahagiaan karyawan
Kepuasan anda dengan budaya di tempat kerja secara langsung mempengaruhi kebahagiaan anda dengan pekerjaan anda. Budaya tempat kerja yang berkembang membantu setiap orang menemukan makna dan kebanggaan dalam pekerjaan mereka, sementara budaya tempat kerja yang toxic dapat membuat karyawan yang paling bersemangat pun tidak bahagia di tempat kerja.
Salah satu unsur terpenting dari budaya kerja yang kuat adalah keseimbangan antara karier dan kehidupan pribad, dan perusahaan dapat berkontribusi pada kebahagiaan karyawan mereka dengan menghargai kehidupan mereka secara keseluruhan.
Retensi karyawan
Budaya kerja yang baik memberikan stabilitas bagi karyawan berbakat dan memungkinkan mereka untuk tumbuh di dalam perusahaan, alih-alih membatasi mereka pada peran atau tingkat keberhasilan tertentu. Karyawan yang bahagia biasanya ingin bertahan di pekerjaannya, menjadikan budaya kerja sebagai kunci untuk mengurangi turnover karyawan dan menghubungkan kandidat yang memenuhi syarat dengan karir jangka panjang.
Kualitas kinerja
Karyawan yang senang masuk kerja karena budaya positif umumnya akan lebih produktif dan menghasilkan pekerjaan yang berkualitas tinggi. Suasana kerja adalah motivator hebat yang mendorong setiap orang untuk berinvestasi dalam pekerjaan mereka, terutama karena lingkungan tempat kerja yang makmur mengakui dan merayakan kerja keras dan kesuksesan.
Reputasi
Memiliki budaya tempat kerja yang sehat menciptakan reputasi yang positif dan bergengsi bagi perusahaan dan orang-orang yang bekerja di sana. Lingkungan tempat kerja yang menyenangkan merupakan aset penting untuk menarik orang-orang berbakat.
Perusahaan yang memiliki misi semangat yang memberdayakan karyawan mereka dapat menciptakan hubungan komunitas yang positif melalui mereka.
Artikel terkait: Cara Menciptakan Learning Culture di Tempat Kerja
Tujuan Adanya Workplace Culture
Dibentuknya workplace culture dalam lingkungan kerja tentu bukan tanpa alasan. Perusahaan mempunyai tujuan tersendiri dalam membangunnya, di antaranya yaitu:
- Menciptakan ciri khas tertentu yang menjadi pembeda antara satu perusahaan dengan perusahaan lainnya.
- Membantu karyawan memberikan pelayanan terbaik untuk para pelanggan.
- Menyatukan komitmen karyawan agar bisa bekerja sesuai visi dan misi perusahaan.
- Meningkatkan motivasi kerja karyawan, sehingga tingkat turnover menjadi menurun.
- Membangun keselarasan dalam pelaksanaan tugas dan tanggung jawab pekerjaan.
- Mendorong karyawan mengambil keputusan bisnis secara terbaik.
- Mempererat hubungan profesional antara sesama karyawan dalam perusahaan.
Fungsi budaya kerja
Selain tujuan, Anda juga perlu mengetahui fungsi dari diterapkannya budaya kerja (workplace culture) di lingkungan kerja. Beberapa fungsi tersebut meliputi:
- Meningkatkan produktivitas perusahaan, sehingga visi dan misi perusahaan dapat tercapai.
- Membangun stabilitas sistem sosial agar lingkungan kerja menjadi lebih positif dan mampu menyelesaikan masalah dengan baik.
- Memudahkan proses pertukaran ide, gagasan, pendapat dan ilmu dalam berkolaborasi.
- Mengontrol sikap dan perilaku karyawan agar bisa selaras dengan nilai perusahaan.
- Sebagai sarana komunikasi antara karyawan dengan atasan maupun sesama rekan kerjanya.
- Mempersatukan seluruh karyawan dari latar belakang budaya yang berbeda-beda.
- Mengatasi berbagai masalah inti perusahaan, misalnya adaptasi terhadap lingkungan luar perusahaan, atau integrasi internal anggotanya.
Budaya kerja di perusahaan konvensional
Lingkungan kerja perusahaan konvensional selalu dianggap formal dan kaku. Ini juga berpengaruh pada budaya kerja yang dipegang tiap pegawainya.
Menurut Harvard Business School, ciri budaya kerja perusahaan biasa lebih terstruktur dan formal. Lantaran jumlah pekerjanya bisa sampai ribuan, seringkali karyawan tidak saling mengenal tim dari divisi lainnya.
Dampak dari penerapan protokol yang kaku ini menghambat proses inovasi. Di sisi lain, sistem kerja dan penggajian di perusahaan konvensional lebih teratur.
Budaya kerja yang umum diterapkan adalah sistem hierarki. Artinya, staf atau pekerja kelas bawah wajib melaporkan pekerjaannya pada atasan.
Budaya kerja di perusahaan startup
Berbanding terbalik dengan perusahaan konvensional, startup memiliki budaya kerja yang fleksibel dan cocok bagi millennials maupun gen Z.
Budaya kerja di startup mengadopsi keterbukaan berkomunikasi, mendorong ide dan inovasi serta kreativitas berikut contohnya.
1. Mengedepankan komunikasi terbuka
Bagi yang pernah bekerja di perusahaan umum pasti merasakan adanya senioritas.
Hubungan atasan dengan bawahan biasanya tidak begitu dekat karena ada title dan kesenjangan.
Perusahaan rintisan menerapkan komunikasi terbuka antar karyawannya dan tidak ada batasan formal antara yang masih junior dengan level expert.
Karyawan dengan level tinggi ibaratkan mentor di startup yang dapat memberikan saran pada rekannya berhubungan dengan pekerjaan.
Karyawan bisa bertanya sekaligus memberikan ide di pertemuan, tanpa khawatir mendapat penilaian dari rekan setim yang ‘senior’.
Keunggulan dari budaya kerja ini adalah lebih banyak ide dan inovasi yang mungkin muncul dari penyatuan pikiran semua orang di level berbeda.
2. Menerapkan jam kerja fleksibel
Salah satu ciri budaya kerja startup yakni menetapkan jam kerja fleksibel. Perusahaan tidak meminta karyawan bekerja dari jam 09.00-18.00 setiap harinya.
Karyawan yang bekerja di perusahaan rintisan bisa datang jam berapapun asalkan bisa menyelesaikan pekerjaan sebelum tenggat waktu yang ditetapkan perusahaan.
3. Lingkungan kerja yang dinamis
Budaya kerja startup selanjutnya yaitu dinamis. Perusahaan mungkin saja mengubah keputusan atau target jika dinilai tidak menguntungkan atau relevan dengan misi perusahaan.
4. Memberdayakan karyawan
Lingkungan kerja perusahaan rintisan menuntut pekerja beradaptasi dan bergerak cepat. Salah satu upaya yang dilakukan yaitu mengadakan pelatihan karyawan.
Pelatihan ditujukan bagi setiap karyawan supaya dapat meningkatkan keahlian yang berpengaruh pada kinerjanya.
Bagi beberapa startup, program pelatihan bagaikan investasi. Kalau karyawan diberdayakan lewat program-program nantinya membawa pengaruh baik bagi perusahaan.
5. Bekerja dengan passion
Budaya kerja yang dipegang perusahaan rintisan adalah bekerja dengan passion. Karyawan lebih mudah menangani tantangan yang muncul apabila memiliki passion atau hasrat.
Sebagai contoh seseorang yang memiliki passion di bidang content writing dan mengalami kebuntuan ide, akan mencari cara untuk mengatasi writer’s block melalui metode tertentu.
Jenis-jenis budaya kerja
Budaya kerja adalah sesuatu yang dibentuk oleh pendiri perusahaan dan diaplikasikan pada karyawan selama bekerja dan menjadi bagian di perusahaan.
Jenis-jenis budaya kerja ada banyak, kali ini kita bahas 4 work culture paling umum diterapkan di beberapa perusahaan.
1. Hierarchy culture
Hierarchical culture atau budaya hirarki. Budaya kerja yang satu ini menerapkan struktur kepemimpinan serta formalitas dalam setiap kegiatannya. Melalui hierarchical culture, perusahaan dapat mencapai resolusi jangka panjang serta hasil yang stabil dalam lingkungan kerja.
Dalam budaya kerja ini, kontrol perusahaan hirarki berada di tangan para pemimpin yang berpengalaman. Biasanya aturan hierarki bersifat tegas, tepat sasaran, dan mampu mencapai tujuan perusahaan. Berikut ini adalah beberapa keuntungan dari hierarchical culture:
- Karyawan merasa nyaman dan aman dalam bekerja. Apalagi jika gajinya dibayar tepat waktu
- Setiap promosi jabatan mempunyai reward sehingga karyawan menjadi lebih murah termotivasi
- Melalui kerja keras dan usaha yang maksimal, karyawan dapat meraih jabatan yang diinginkannya
Budaya kerja di perusahaan yang mengadopsi hierarki culture memiliki struktur formal dan baku termasuk cara berpakaian. Contoh perusahaan dengan budaya hierarki bergerak di bidang perbankan, restoran cepat saji, dan beberapa lembaga pemerintah.
2. Clan culture
Sesuai namanya, tipe workplace culture yang satu ini menekankan aspek kolaborasi dimana para anggotanya menganggap diri mereka sebagai satu klan, kelompok, atau keluarga besar yang saling berpartisipasi secara aktif. Budaya klan ini berfokus pada kerjasama tim, kesepakatan bersama, serta komunikasi yang baik. Keuntungan yang bisa diperoleh dengan menerapkan clan culture sebagai budaya kerja Anda adalah sebagai berikut:
- Produktivitas karyawan dan perusahaan meningkat secara konsisten
- Adanya komunikasi dan transparansi dalam mengungkapkan ide dan pendapat
- Karyawan dapat memperoleh apresiasi maupun kritik yang membangun
Salah satu perusahaan yang mengadopsi tipe budaya kerja seperti ini yaitu Tom’s of Maine, perusahaan produk perawatan tubuh alami. Tom Chappell sebagai founder berfokus membangun hubungan baik dengan karyawan, pelanggan, supplier, hingga lingkungan sekitarnya.
3. Advocacy culture
Tipe adhocracy culture adalah budaya kerja yang berfokus pada energi, kreativitas, dan pengambilan risiko. Perusahaan yang menerapkan tipe budaya kerja seperti ini akan mendorong para karyawannya untuk selalu inovatif, kreatif, dan berani mengambil risiko. Adhocracy culture bisa dibilang budaya kerja yang paling optimal untuk meningkatkan produktivitas serta inovasi perusahaan. Sehingga, tak heran bila budaya kerja seperti ini banyak diterapkan oleh perusahaan startup.
Ada beberapa keuntungan yang bisa Anda peroleh dengan menerapkan adhocracy culture dalam lingkungan kerja, yaitu:
- Menjadi lebih kompetitif dalam persaingan pasar
- Berbagai komitmen yang sama terkait inovasi dalam berbagai level di perusahaan
- Menciptakan lingkungan kerja yang siap untuk menerima ide apapun, sekalipun itu out of the box
4. Market culture
Bisa dibilang tipe workplace culture yang ketiga ini lebih agresif dibandingkan tipe-tipe lainnya. Agresif disini maksudnya adalah perusahaan menekankan aspek kompetitif antar karyawan dalam lingkungan kerja. Jadi, mereka dituntut untuk bersaing satu sama lain dalam memberikan hasil yang terbaik bagi perusahaan. Jika berhasil, mereka bisa mendapatkan bonus, sebaliknya jika gagal mereka akan mendapatkan hukuman dari perusahaan.
Karyawan dalam perusahaan dengan market culture harus tangguh dan mempunyai ambisi yang tinggi untuk mencapai tujuan tertentu. Sebenarnya, tipe budaya kerja seperti ini dapat meningkatkan motivasi karyawan dalam bekerja, namun sayangnya banyak yang menjadi toxic culture karena adanya ketidakjujuran dan produktivitas yang menurun.
Meskipun begitu, ada beberapa keuntungan yang bisa Anda dapatkan dengan menerapkan market culture sebagai budaya kerja di perusahaan, yaitu:
- Ketika target gagal terpenuhi, maka karyawan harus mencari cara lain untuk bisa mencapainya.
- Karyawan mampu memberikan yang terbaik dan terinspirasi dari atasannya.
- Karyawan mudah beradaptasi dengan perubahan pasar
Cara membangun budaya kerja yang positif
Perusahaan yang memiliki budaya kerja yang baik turut memengaruhi performa kerja. Sebaliknya, jika work culture yang diterapkan kurang efektif maka berdampak juga pada produktivitas dan kenyamanan karyawan selama bekerja.
Sebagai contoh lingkungan kerja kreatif dan sangat menghargai pendapat, tentunya membawa keuntungan bagi perusahaan karena karyawan bisa menyampaikan ide-idenya tanpa takut dinilai buruk.
Adapun setiap perusahaan bisa melakukan upaya untuk membangun budaya kerja yang positif melalui cara berikut.
Bangun kepercayaan
Cara pertama yang bisa Anda lakukan adalah dengan membangun kepercayaan antar karyawan. Kepercayaan tersebut dibangun dari komunikasi yang jujur dan baik. Di sini, Anda harus berani mengambil risiko agar bisa meningkatkan kepercayaan karyawan terhadap Anda.
Tetapkan tujuan perusahaan
Untuk menciptakan lingkungan kerja positif, Anda harus menetapkan visi dan misi serta tujuan perusahaan terlebih dahulu. Cari tahu apa saja yang menjadi tujuan dari perusahaan Anda, lalu sampaikan kepada seluruh anggota perusahaan. Pastikan mereka melaksanakannya secara jujur tanpa adanya persaingan tidak sehat di perusahaan.
Ciptakan keterlibatan karyawan
Ajak semua karyawan untuk terlibat dalam segala aktivitas bisnis perusahaan. Hal ini akan membuat mereka merasa dihargai dan dapat menunjukkan kinerja terbaiknya. Selain itu, semakin sering mereka terlibat dalam suatu aktivitas seperti pengambilan keputusan ataupun proyek besar perusahaan, maka kreativitas dan inovasinya pun dapat semakin berkembang.
Bangun perilaku positif karyawan
Buat peraturan atau prosedur tertulis mengenai cara dan sikap yang perlu dilakukan oleh anggota perusahaan dalam bekerja. Dengan adanya hal ini, maka karyawan dapat memahami bagaimana harus bersikap dan bertindak dengan benar selama bekerja. Jika semua karyawan dapat menerapkan peraturan tersebut, maka tujuan perusahaan pun dapat tercapai, sebab sikap positif karyawan sangat mempengaruhinya.
Kembangkan budaya apresiasi
Setiap karyawan yang berhasil mencapai target atau berprestasi dalam pekerjaan, hendaknya diberikan apresiasi atau feedback positif. Sebagai pemimpin, Anda harus mengembangkan budaya apresiasi, sehingga karyawan pun akan menerapkannya dalam lingkungan kerja. Secara otomatis, mereka akan saling memberikan apresiasi atas pencapaian dan kerja keras rekan kerjanya. Anda bisa memulainya dengan hal-hal sederhana seperti memberikan penghargaan secara langsung atau mengakui kerja kerasnya di forum atau pertemuan kantor.
Buat program career development
Setiap karyawan pasti ingin mengembangkan karirnya, entah itu mencoba peran baru atau naik ke posisi yang lebih tinggi. Anda bisa mendorong impiannya tersebut dengan menyediakan program career development atau pelatihan keterampilan khusus. Dengan begitu, karyawan akan menyadari bahwa perusahaan mendukung dan membantu mereka dalam mencapai jenjang karir. Secara tidak langsung, hal ini akan meningkatkan loyalitas karyawan dan menurunkan turnover di perusahaan Anda.
Terapkan work-life balance
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang positif, Anda bisa menerapkan work-life balance bagi karyawan. Setiap karyawan pasti setelah bekerja ingin menikmati waktu senggangnya untuk bersantai, berkumpul dengan keluarga, ataupun mengembangkan keahliannya. Jika Anda memberikan mereka kesempatan tersebut, maka mereka akan merasa nyaman dan mengurangi stres dalam bekerja. Mulailah dengan beberapa tindakan sederhana seperti tidak mengirim pesan terkait pekerjaan di luar jam kerja, tidak memberikan pekerjaan diluar jobdesk, dan lain sebagainya.
Lakukan evaluasi kinerja
Cara berikutnya untuk membangun budaya kerja positif adalah melakukan evaluasi kinerja secara berkala. Melalui cara ini, Anda bisa mengetahui mana karyawan yang sudah bekerja secara maksimal dan mana yang belum. Cari tahu kira-kira apa yang menyebabkan mereka belum bisa bekerja secara maksimal dan temukan solusi untuk menyelesaikannya. Bila perlu, setiap bulan ajak karyawan untuk mengisi performance review agar Anda dapat mengetahui perkembangan kinerja mereka secara detail.
Utamakan kesehatan karyawan
Karyawan yang sehat secara fisik, mental, dan emosional akan lebih mudah bekerja secara optimal. Dengan kondisi kesehatan yang prima, mereka dapat lebih bersemangat untuk menciptakan budaya kerja yang positif. Oleh karena itu, penting bagi Anda untuk mengutamakan kesehatan dan keselamatan mereka dalam bekerja. Berikan fasilitas kesehatan, kesempatan medical check-up setiap tahun, hingga asuransi kesehatan terbaik untuk karyawan.
Dapatkan talenta terbaik bagi perusahaan
Budaya kerja yang positif dapat terbentuk jika karyawan ikut terlibat dan mengimplementasikannya dalam lingkungan kerja. Untuk merealisasikan hal ini, Anda harus selektif dalam merekrut karyawan baru. Pilih yang benar-benar mempunyai sikat, sifat, dan cara bekerja yang sesuai dengan budaya perusahaan. Dengan begitu, Anda tidak akan kesulitan dalam menciptakan lingkungan kerja yang nyaman bagi karyawan.
Perbedaan work culture workplace culture
Work culture (budaya kerja) dan workplace culture (budaya tempat kerja) adalah dua konsep yang sering digunakan dalam dunia kerja. Meskipun terdengar mirip, keduanya sebenarnya memiliki perbedaan yang cukup signifikan.
Work culture (budaya kerja) merujuk pada nilai, norma, dan praktik yang digunakan dalam organisasi atau perusahaan. Work culture mencakup hal-hal seperti etika kerja, kebijakan, tujuan, cara berkomunikasi, cara bekerja, dan sebagainya. Work culture dapat memengaruhi bagaimana pekerjaan dilakukan dan hasil akhirnya.
Sementara itu, workplace culture (budaya tempat kerja) merujuk pada lingkungan fisik dan sosial di tempat kerja. Workplace culture mencakup hal-hal seperti desain interior, fasilitas, pengaturan tempat kerja, hubungan interpersonal antara karyawan, dan sebagainya. Workplace culture dapat memengaruhi kesejahteraan dan produktivitas karyawan.
Dalam hal ini, work culture dan workplace culture saling terkait dan saling mempengaruhi. Work culture memengaruhi cara karyawan berinteraksi di tempat kerja dan workplace culture dapat mempengaruhi bagaimana work culture diterapkan. Keduanya sama-sama penting dalam menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan produktif.
Meskipun mungkin ada perbedaan dalam arti tepat dari istilah ini di berbagai budaya atau konteks, namun dalam konteks umumnya, “workplace culture” dan “work culture” dapat dianggap sebagai sinonim.
Nah, itulah penjelasan singkat mengenai budaya kerja yang perlu dimiliki oleh setiap perusahaan agar tercipta lingkungan kerja positif dan mendukung. Ingin tahu informasi menarik lainnya seputar karir dan HRD? Yuk, kunjungi langsung blog sekarang juga!
Hai semua, saya Emilia S.M, seorang praktisi sumber daya manusia yang passionate dan berpengalaman. Saya percaya bahwa sumber daya manusia adalah aset terpenting dalam setiap organisasi, dan itulah mengapa saya berkomitmen untuk membantu membangun lingkungan kerja yang inklusif dan berdaya guna.
Leave a Comment